Rabu, 15 September 2010

Biar anak jadi cerdas

What Do You Think ?

Ini imel dari seorang ibu yang sangat concern terhadap pendidikan anaknya, dan hasilnya? Luar biasa....! Coba umat Islam melakukan hal yang sama, pastilah calon-calon khalifah akan banyak bermunculan di muka bumi ini. Aku jadi iri, dan gemes, serta geregetan gak sabar ingin menerapkan hal yang sama. Sehingga nanti akan muncul lagi generasi2 seperti Imam Syafii yang umur 7 tahun sudah hafal Al Qur'an, Imam Ibnu Katsir, Imam Bukhori, dan banyak ulama2 lain yang tidak banyak informasi tentang bagaimana cara ibu mereka mendidik anaknya sehingga menjadi ulama yang namanya dikenang hingga akhir zaman.
Ok, let's check it out :

Dear Parents,

Menyinggung tentang Multiple Intelligence dalam makalahnya. Saya ingin berbagi pengalaman saya dalam menerapkan secara langsung Kecerdasan Majemuk pada kedua anak saya.

Sebelumnya saya ingin memperkenalkan kedua anak saya, Timothy (9 th) dan Jeremy (3 th). Timothy akan memasuki Center for the Highly Gifted semester depan. Sebelumnya ia mengikuti beberapa kali tes baik secara individu maupun secara kelompok yang dimulai tahun lalu. Saya senang sekali Timothy bisa diterima di sekolah khusus itu, karena selain seleksinya sangat ketat, ia bisa melewati berbagai tes dengan sangat baik. Bayangkan, tes pertama dilakukan pada saat kami baru 2 bulan pindah ke Amerika dari Jakarta. Dengan bekal bahasa Inggris logat Indonesia (ibunya) ia bisa masuk di top 10 % anak kelas 2 seluruh Amerika (tes bahasa dan matematika). Selain bakat akademis (bahasa, matematika, science) yang menonjol, Timothy juga mempunyai bakat piano dan tenis yang sangat bagus. Dia juga sangat mudah bergaul baik dengan teman sebaya, orang dewasa maupun anak kecil. Selaku orangtua, saya sangat tenang melihat kedewasaannya dalam berpikir, cinta belajar (tidak pernah berhenti bertanya dan menggabungkan berbagai hal yang ia pelajari), memiliki motivasi dan disiplin diri yang sangat kuat serta kehidupan spiritual yang solid.

Anak kedua, Jeremy, juga sudah menunjukkan berbagai bakat yang siap dipupuk. Dia cepat sekali menangkap berbagai pelajaran. Hanya dengan mendengarkan saya berdiskusi dengan abangnya tentang pr, dia bisa menangkap bahkan memikirkannya lebih jauh. Sebagai contoh, beberapa minggu lalu abangnya punya project tentang solar system. Timothy menerangkan pada saya tentang cara berputar planet termasuk bumi, apa yang terjadi ketika belahan bumi tertentu menghadap matahari. Kalau di Amerika siang, berarti di Indonesia malam, dst. Jeremy menyimak dengan baik. Saya surprise sekali ketika ia bermain sendiri, Jeremy mengambil mainan bola dunia dan bola sepak lalu mempraktekkan perputaran bumi mengelilingi matahari seperti yang diterangkan abangnya. Saya makin surprise ketika beberapa minggu kemudian dia mendengar saya menelpon neneknya di Indonesia, ia mengatakan “Mami bicara dengan Pinem (neneknya)? Lho, ini kan pagi di Amerika, berarti malam di Indonesia, seharusnya Pinem tidur sekarang!” Pada suatu hari ia sendirian menonton video tentang solar system, kemudian ia berlari mencari saya dan bertanya “Mami, katanya bumi berputar, tapi aku kok tidak merasakannya?” Anak 3 th sudah bergulat dengan teori gravitasi dan menguasai logika. Jeremy juga sudah menunjukkan kecerdasan spiritual yang bagus, malam hari dia berdoa “God, thank you for Jupiter the biggest planet, for the Earth where we live, for Uranus, Saturn, Pluto the smallest planet, dst”. Kecerdasan bahasa Jeremy sangat menonjol, dia dan abangnya bisa berpindah bahasa dari Inggris ke Indonesia bolak balik setiap kali bermain. Vocabularynya luar biasa, sangat haus membaca, minimal 2 jam sehari. Dia mulai bisa menulis dan membaca kata sejak berumur 2 th. Berhitung juga merupakan kegiatan favoritnya, sudah bisa berhitung sampai seratus, penambahan sampai 20, pengurangan sampai 10, sudah bisa membaca jam, hari. Memorinya kuat, sudah bisa mengingat 50 propinsi di Amerika berikut ibukotanya. Ditambah lagi sudah bisa menyusun puzzle ke 50 propinsi itu dan bisa menunjuk masing-masing state. Bakat bermain sepak bola terlihat sejak bayi (umur 6 bulan sudah bisa memainkan bola dengan kedua kaki sambil berbaring), demikian juga umur setahun dia sudah meniru abangnya memukul bola tenis dan bisa melewati net (jarak + 1m ). Bakat musiknya juga sudah muncul, ia sangat senang memainkan tuts piano, mencipta lagu, bahkan bisa mengingat melody musik klasik yang dimainkan abangnya. Secara sosial, ia mudah bergaul dan selalu mendahului memperkenalkan diri.



Saya percaya bahwa hasil yang sudah ditunjukkan oleh kedua anak saya adalah karena saya dengan sengaja mengembangkan Kecerdasan Majemuk mereka. Seperti yang dikatakan Ibu Julia, konsep Kecerdasan Majemuk sebenarnya sederhana saja. Namun demikian, dampaknya sangat luar biasa untuk menciptakan anak yang utuh.

Anak-anak kita akan menghabiskan waktu lebih dari 20 th di bangku sekolah, tentunya kita perlu menyiapkan balita kita agar memiliki skill akademik untuk menjamin sukses di sekolah. Kecerdasan berbahasa, Kecerdasan Matematika, Kecerdasan Ruang, Kecerdasan Alam adalah berbagai kecerdasan yang dibutuhkan di sekolah (Kalau saya tidak menyiapkan Timothy dengan bahasa Inggris dan matematika sebelumnya, pastilah dia tidak akan lolos tes). Selain itu anak perlu kecerdasan Sosial untuk bisa diterima teman-temannya di sekolah dan di tempat lain. Anak juga perlu Kecerdasan Intrapersonal ataupun pengembangan karakter agar bisa menjadi anak yang tekun, tidak mudah menyerah, disiplin. Tentunya skill tersebut sangat dibutuhkan tak hanya di sekolah, namun juga di pekerjaannya nanti. Kecerdasan Fisik akan sangat membantu anak untuk memiliki stamina tinggi dan membangun rasa percaya diri. Olah raga tidak hanya bagus untuk anak-anak tapi juga orang dewasa karena membantu pengeluaran hormone yang membuat kita merasa nyaman. Selanjutnya, Kecerdasan Musik mempunyai dampak sangat penting bagi otak anak seperti yang banyak dilaporkan oleh berbagai penelitian (meningkatkan kecerdasan matematika, spasial/ruang, membantu emosi anak, meningkatkan kreatifitas, dst. ). Saya banyak membaca hasil penelitian musik dan saya terapkan langsung pada anak saya, termasuk memperdengarkan musik klasik sejak dalam kandungan. Ternyata anak saya bisa membedakan lagunya ketika ia lahir. Gardner tidak memasukkan Kecerdasan Spiritual dalam konsepnya, namun saya merasa hal itu sangat penting untuk kehidupan seseorang termasuk anak. Anak-anak balita sudah memulai berpikir tentang konsep mati-hidup, keadilan, eksistensi, dari mana ia muncul, yang semuanya merupakan bagian dari kehidupan spiritual. Saya membaca bahwa Kecerdasan Spiritual mempunyai masa emasnya pada masa balita, kalau anak dibimbing dengan tepat kecerdasan itupun akan berkembang dengan optimal.

Kesembilan Kecerdasan tersebut saya terapkan pada anak saya sejak dini. Penerapannya pun sederhana. Beberapa kecerdasan bisa dilatih sekaligus hanya melalui satu permainan. Misalnya melalui permainan puzzle Dinosaurus, Jeremy melatih Kecerdasan Ruang (melalui puzzle); Kecerdasan Matematika (dengan menghitung jumlah dinosaurus yang ada dan kombinasi pengurangan: “kalau satu dinosaurus mati, ada berapa yang tinggal?”); Kecerdasan Alam dengan mendiskusikan lingkungan Dinosaurus, makanannya (herbivore, carnivore), cara reproduksi (beranak dengan bertelur); Kecerdasan Bahasa melalui diskusi-diskusi diatas dan belajar nama-nama Dinosaurus; Kecerdasan Musik dengan menirukan suara Dinosaurus lalu mencipta lagu Dino; Kecerdasan Fisik dengan menirukan cara jalan Dinosaurus dan peperangan untuk mendapatkan makanan; Kecerdasan Sosial dengan bermain tamu-tamuan ala Dino; Kecerdasan Intrapersonal dengan menyelesaikan potongan puzzle yang cukup banyak; Kecerdasan Spiritual, Jeremy belajar tentang “Tuhan Maha Besar” ketika ia tahu bahwa Pencipta Dinosaurus adalah Tuhan. Nampaknya cara itu lebih efektif daripada hanya melalui kata-kata.

Satu hal lagi yang sangat penting, di dalam berinteraksi dengan anak-anak, saya selalu berusaha menciptakan suasana FUN. If it is not fun, quit. Saya banyak belajar tentang cara kerja otak dan tahu bahwa tanpa kegembiraan, proses pembelajaran tidak akan efektif. Sebaliknya melalui permainan yang FUN, apapun bisa diajarkan dan saya menyaksikan pertumbuhan anak yang luar biasa. Fun juga berarti kegiatan yang dipilih anak. Saya membiarkan anak menjadi pemimpin, saya hanya mengikuti dan mendukung (scaffolding).
Semoga bermanfaat.
Have Fun Parenting!

Andyda Meliala
Penulis buku “Anak Ajaib. Temukan dan Kembangkan Keajaiban Anak Anda Melalui Kecerdasan Majemuk”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar